Mengubah stigma bahwa mata pelajaran Sains dan Matematika sebagai mata pelajaran yang rumit, menakutkan dan membosankan, nampaknya sudah harus dilakukan para guru, orangtua, bahkan siswa yang menjalaninya. Terutama para siswa/i SD yang masih muda, jika masih ada matematika dan sains yang dianggap menyulitkan, maka hindarkanlah.
Hal tersebut diungkapkan Presiden Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School (ASMOPS) Ali Godjali, yang menurutnya kedua mata pelajaran tersebut dapat dibuat menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi anak-anak hanya bila disampaikan dengan metode Gasing.
"Metode pembelajaran GASING yaitu gampang, asik dan menyenangakan, merupakan metode belajar matematika atau sains dengan cara yang lebih sederhana, dengan pendekatan logika dan hampir tanpa rumus, jadi tidak akan membuat siswa pusing atau benci terhadap matematika atau sains," katanya kepada Kompas.comdi sela-sela memantau ASMOPS 2012 di Hotel Grand Zuri, BSD City, Tangerang, Rabu (7/11/2012).
Dosen matematika Surya Institute, Tangerang ini menjelaskan, untuk menangani materi matematika bagi siswa SD, yang paling terpenting adalah penguasaan berhitung dulu. Pembelajarannya lebih banyak menggunakan peragaan.
"Untuk siswa kelas 1-3, kita dapat belajar matematika dengan bantuan alat peraga, kita dapat menggunakan tangan dan alat-alat bergerak untuk menghitung. Yang penting aktif bergerak dan berhitung,"ucap lulusan Mathematics, Barkeley University, America ini.
Ali mencotohkan beberapa metode pembelajaran matematika dapat juga dengan bantuan lain seperti musik dan komputer.
"Dengan nyanyian siswa bisa untuk menghafal perkalian misalnya, atau dengan menggunakan software program games di komputer. Dimana pada games tersebut, misalnya games tembak-tembakan, ada permainan berhitungnya, seperti 1+2 sama dengan berapa? Nah yang harus ditembak adalah angka 3 di permainan itu,"ulasnya lagi.
Adapun untuk pendidikan sains, trainer Gasing Surya Institute Yuni Widyatuti menjelaskan, konsep sains konsep yang benar akan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
"Biarkan mereka (anak-anak) yang menemukan sendiri, sampai mereka berkata 'Aha' sendiri dengan ekplorasinya sendiri," tutur Yuni di tempat yang sama.
Yuni menuturkan, sebelum memulai pelajaran, ia menyarankan para guru untuk menyenangi dulu materi pelajaran yang akan disampaikan pada siswa.
"Kita harus meyakinkan, sama-sama senang dulu, kalau ada hands on atau experience, maka matangkan dulu. Jadi ketika melakukan percobaan di depan kelas, maka anak-anak tertarik dan yakin apalagi kalau pembukaan pelajarannya asyik," katanya.
Ia menambahkan, selama ini metode pembelajaran dari guru ke siswa belum benar-benar membuat anak-anak senang dengan sains, akhirnya mereka tidak memahami konsep pengetahuan alam.
"Mereka bukan anak bodoh, anak itu cuma tidak dapat kesempatan guru yang kompeten dengan metoda yang efektif," ujarnya.
Yuni mencontohkan, bila ingin membuat daya tarik dalam belajar sains, guru atau orangtua di rumah bisa melakukan seperti salah satu yang dicontohkannya.
"Contoh yang spontan, soal Gangnam Style. Saat memasuki ruang kelas, coba buat suasana di kelas berbau gangnam. Nyalakan musiknya lalu tarikan gayanya. Hait, maka anak-anak bakal ikut gerakan kita. Setelah itu, kita ingatkan bahwa kita sedang belajar rangka. Anak-anak tulang apa saja yang bergerak kalau kita joget Gangnam? Dari sana kita perkenalkan pelajaran rangka," tuturnya.
Ia menegaskan, bahwa sains itu ada di sekeliling kita, jadi pelajaran sains bisa disampaikan secara spontan kepada anak-anak.
Menjaga rasa penasaran anak
Menjaga ketertarikan anak soal matematika atau sains, orangtua di rumah tidak lantas cuek dan membiarkan anaknya belajar sendiroi di rumah, Justru orangtua juga harus memiliki perannya.
Direktur Eksekutif Surya Institute Srisetiowati Seiful mengatakan, tidak cukup siswa belajar apa yang sudah dipelajarinya di sekolah, dari buku dan percobaan, tetapi juga saat anak belajar di rumah oranhtua harus siap mengikutinya.
"Metode Gasing bisa melibatkan anak dan orangtua. Saat anak sedang dalam curiosity-nya, rasa penasarannya, dan banyak bertanya dengaan orangtua mereka, maka jangan menghentikan pertanyaan anak. Upayakan menjawan sebisa mungkin, kakau pun menghindar jangan sekali kali mengatakan shut up, atau sudah jangan banyak tanya, tapi alihkan dengan, oke ibu harus masak dulu atau yang lainnya," ujar Sri saat berbincang dengan kompas.com di sela acara ASMOPS.
"Menjaga ketertarian anak soal pelajaran, tidak hanya sains dan matematika saja, tapi belajar dalam kehidupan dan belajar karakter, maka saya sarankan kebiasaan membacakan buku anak sebelum tidur dilakukan lagi, apalagi buku yang dalam dua bahasa, maka kemampuan anak akan lebih terasah dan peka terhadap kehidupan sehari-harinya," tambahnya.
Hal tersebut diungkapkan Presiden Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School (ASMOPS) Ali Godjali, yang menurutnya kedua mata pelajaran tersebut dapat dibuat menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi anak-anak hanya bila disampaikan dengan metode Gasing.
"Metode pembelajaran GASING yaitu gampang, asik dan menyenangakan, merupakan metode belajar matematika atau sains dengan cara yang lebih sederhana, dengan pendekatan logika dan hampir tanpa rumus, jadi tidak akan membuat siswa pusing atau benci terhadap matematika atau sains," katanya kepada Kompas.comdi sela-sela memantau ASMOPS 2012 di Hotel Grand Zuri, BSD City, Tangerang, Rabu (7/11/2012).
Dosen matematika Surya Institute, Tangerang ini menjelaskan, untuk menangani materi matematika bagi siswa SD, yang paling terpenting adalah penguasaan berhitung dulu. Pembelajarannya lebih banyak menggunakan peragaan.
"Untuk siswa kelas 1-3, kita dapat belajar matematika dengan bantuan alat peraga, kita dapat menggunakan tangan dan alat-alat bergerak untuk menghitung. Yang penting aktif bergerak dan berhitung,"ucap lulusan Mathematics, Barkeley University, America ini.
Ali mencotohkan beberapa metode pembelajaran matematika dapat juga dengan bantuan lain seperti musik dan komputer.
"Dengan nyanyian siswa bisa untuk menghafal perkalian misalnya, atau dengan menggunakan software program games di komputer. Dimana pada games tersebut, misalnya games tembak-tembakan, ada permainan berhitungnya, seperti 1+2 sama dengan berapa? Nah yang harus ditembak adalah angka 3 di permainan itu,"ulasnya lagi.
Adapun untuk pendidikan sains, trainer Gasing Surya Institute Yuni Widyatuti menjelaskan, konsep sains konsep yang benar akan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
"Biarkan mereka (anak-anak) yang menemukan sendiri, sampai mereka berkata 'Aha' sendiri dengan ekplorasinya sendiri," tutur Yuni di tempat yang sama.
Yuni menuturkan, sebelum memulai pelajaran, ia menyarankan para guru untuk menyenangi dulu materi pelajaran yang akan disampaikan pada siswa.
"Kita harus meyakinkan, sama-sama senang dulu, kalau ada hands on atau experience, maka matangkan dulu. Jadi ketika melakukan percobaan di depan kelas, maka anak-anak tertarik dan yakin apalagi kalau pembukaan pelajarannya asyik," katanya.
Ia menambahkan, selama ini metode pembelajaran dari guru ke siswa belum benar-benar membuat anak-anak senang dengan sains, akhirnya mereka tidak memahami konsep pengetahuan alam.
"Mereka bukan anak bodoh, anak itu cuma tidak dapat kesempatan guru yang kompeten dengan metoda yang efektif," ujarnya.
Yuni mencontohkan, bila ingin membuat daya tarik dalam belajar sains, guru atau orangtua di rumah bisa melakukan seperti salah satu yang dicontohkannya.
"Contoh yang spontan, soal Gangnam Style. Saat memasuki ruang kelas, coba buat suasana di kelas berbau gangnam. Nyalakan musiknya lalu tarikan gayanya. Hait, maka anak-anak bakal ikut gerakan kita. Setelah itu, kita ingatkan bahwa kita sedang belajar rangka. Anak-anak tulang apa saja yang bergerak kalau kita joget Gangnam? Dari sana kita perkenalkan pelajaran rangka," tuturnya.
Ia menegaskan, bahwa sains itu ada di sekeliling kita, jadi pelajaran sains bisa disampaikan secara spontan kepada anak-anak.
Menjaga rasa penasaran anak
Menjaga ketertarikan anak soal matematika atau sains, orangtua di rumah tidak lantas cuek dan membiarkan anaknya belajar sendiroi di rumah, Justru orangtua juga harus memiliki perannya.
Direktur Eksekutif Surya Institute Srisetiowati Seiful mengatakan, tidak cukup siswa belajar apa yang sudah dipelajarinya di sekolah, dari buku dan percobaan, tetapi juga saat anak belajar di rumah oranhtua harus siap mengikutinya.
"Metode Gasing bisa melibatkan anak dan orangtua. Saat anak sedang dalam curiosity-nya, rasa penasarannya, dan banyak bertanya dengaan orangtua mereka, maka jangan menghentikan pertanyaan anak. Upayakan menjawan sebisa mungkin, kakau pun menghindar jangan sekali kali mengatakan shut up, atau sudah jangan banyak tanya, tapi alihkan dengan, oke ibu harus masak dulu atau yang lainnya," ujar Sri saat berbincang dengan kompas.com di sela acara ASMOPS.
"Menjaga ketertarian anak soal pelajaran, tidak hanya sains dan matematika saja, tapi belajar dalam kehidupan dan belajar karakter, maka saya sarankan kebiasaan membacakan buku anak sebelum tidur dilakukan lagi, apalagi buku yang dalam dua bahasa, maka kemampuan anak akan lebih terasah dan peka terhadap kehidupan sehari-harinya," tambahnya.
Sumber : edukasi.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar